Kamis, 04 Februari 2016

Cerpen-->"Aku Belum Siap Menjadi Bodoh"

Aku Belum Siap Menjadi Bodoh


“365 hari sudah kulalui, ribuan jalan sudah kulewati, tapi ku masih tak mengerti...
Apa yang salah dengan langkah ini? Ku selalu kembali ke tempat awal  ku berdiri...”


Pranggg....!!!seperti biasa suara itulah yang kadang terdengar di pagi hari dari kamar kost ku yang kecil ini, ya apalagi kalau bukan suara jam alarmku, kalian bingung kenapa suaranya prang?jangan bingung karena sebenarnya bukan seperti itu suara aslinya, jam alarmku bersuara sama seperti jam-jam pada umumnya, cuma suara prang itu adalah suara dari jam alarmku yang jatuh, dan sepertinya jam itu menambah lagi pengeluaranku bulan ini...aaaaa tidaakkk....Yah tapi mau gimana lagi, ini kehidupan pasti akan selalu ada hal-hal di luar dugaan. Ya sudah lupakan masalah jam tadi, nanti sepulang kerja aku akan mampir ke toko jam dan melihat apakah ada harga jam yang sesuai untuk isi dompetku ini.
Pagi ini aku harus berangkat ke tempat kerjaku, ya jaraknya yang dekat dari kost ku ini, hanya dengan berjalan kurang lebih 10 menit aku sudah bisa mencium aroma dari buku-buku di dalamnya. Ya, tempat kerjaku adalah Perpustakaan kota yang banyak menyimpan buku-buku fiksi ataupun non fiksi. Aku sangat menikmati kerja disini, karena aku boleh dikatakan gemar atau hoby membaca dan buku-buku disini cukup lengkap, walaupun sangat jarang ku lakukan hal itu, karena kerjaanku bukan hanya duduk sambil membaca buku, tapi aku harus mencatat atau menginput buku yang di pinjam para pengunjung ataupun buku yang datang baru dari luar. Disini aku bekerja dengan 4 rekan ku, mereka orang-orang yang sangat asik dan bisa dengan mudah mengerti sifat-sifat dari diriku, mereka adalah Andrea, Laras, Roby, dan Rasti. Ya di perpustakaan ini hanya aku dan Roby lah admin pria yang tersisa, tadinya ada Rudi tapi dia keluar dari tempat kerja ini dengan alasan ingin melanjutkan kuliah jadi berkurang lagi pria tampan di perpustakaan ini,hahaha. Tapi tak masalah masih ada Roby pria tampan lain yang siap melayani anda para pembaca buku,hahaha. Sudah mulai kacau ya ngomong nya, maaf efek lapar kayannya J , aku Rivaldo Andre Dinata, jadi disini ada dua nama Andre dan ketika ada yang memanggil nama Andre, secara bersamaan kami langsung menoleh ke arah panggilan itu, dan hal seperti itu yang selalu menjadi tawa antara kita berdua. Tak terasa waktu menunjukan tepat jam 4 sore, itu berarti tandanya kami untuk meninggalkan tempat ini, tempat yang tenang dan di penuhi berjuta pengetahuan dan misteri yang belum kita ketahui semuanya, kami berlima berpisah di depan gerbang utama karena kami berbeda arah jalan pulang, kecuali aku dan Andrea, Andrea tinggal di perumahan sebelum tempat kost ku, jadi tak jarang kami selalu pulang bersama. Sepanjang perjalanan kami selalu membicarakan sesuatu entah itu mengenai pribadi ataupun tentang buku-buku yang sering kita baca. Obrolan kami selalu menarik dan nyambung satu sama lain, entah kenapa aku selalu merasa nyaman dekat dengan nya, apakah karena dia teman yang enak untuk di ajak bicara ataukah ada hal lainnya?entahlah, kadang aku selalu di bodohi dengan perasaanku ini. Saat ini pun aku masih terus di hantui kenangan indah bersamanya, wanita yang selalu ku ceritakan pada sahabat-sahabatku DULU. Sekarang kami memilih untuk berjalan masing-masing, dan dia berhasil menemukan jalannya itu dan bahagia di jalannya bersama dengannya seseorang yang akan membuatnya selalu tersenyum, dan sedangkan aku, aku masih saja belum menemukan jalan itu, aku selalu kembali ke persimpangan tempat awal dimana kita untuk memilih jalan kita masing-masing, entah apa aku yang terlalu bodoh atau mungkin ada hal lain yang membuatku tidak bisa menemukan jalanku sendiri? Heemmm...hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Sore ini seperti biasa sedikit latihan untuk otot-otot ku yang sudah mulai kaku karena terlalu banyak memegang bulpen dan keyboard komputer. Taman dekat perpustakaan selalu menjadi tempat favorit untuk melatih otot-otoku ini, aku bisa berlari santai di sekeliling taman itu dan juga ada bagian tiang yang tak terpakai untuk latihan pull up(mengangkat badan) ku. Ohya karena ini perpustakaan kota, di sekitar sini juga banyak kampus-kampus dan kampus dimana tempat nya kuliah juga, bahkan tak jarang ku juga melihat nya sedang duduk dibangku taman, tapi entah mengapa pembicaraan kita tak seperti dulu, ada sebuah penghalang kecil yang membuat kita menjadi canggung satu sama lain, tapi yasudahlah dia selalu terlihat bahagia disana, walau aku hanya melihat dari kejauhan hati ini semakin tenang. Sore ini ku tak menemukan siapa-siapa untuk ku ajak ngobrol atau berlari santai bersama, ku duduk di kursi taman dan ku nikmati indahnya sang mentari yang mulai meredupkan sinarnya, tenang benar saat itu, hembusan angin seolah-olah mencoba menghibur hati ini yang tengah di landa kesepian, tapi saat ini ku benar merasakan semuanya senang, sedih, sepi, entah apalagi, perasaan yang selalu sulit untuk ku artikan yang selalu membuat hati ini tak karuan. Apakah aku sebodoh ini sampai-sampai aku tak bisa lagi mengerti tentang perasaanku sendiri? Aaggrrhhhh sore ini benar-benar membingungkan, sepertinya menandakan aku harus kembali ke kost dan memanjakan tubuhku yang lelah sehabis berkeringat tadi.
Pagi pun datang, kali ini aku datang lebih awal karena aku ada piket. Ngantuk sih, tapi mau gimana lagi, sudah menjadi resiko dan tanggung jawab pekerjaan. Tak lama Andrea pun datang dengan senyumnya dan menaruh tas nya di tempat biasa dan duduk di sampingku, sambil menyalakan komputernya.
“hei pagi Dre..” sapaku padanya
“hei pagi juga Dre...”
“hehehe...aneh ga sih?”tanya nya padaku
“aneh gimana?”
“ya aneh aja,lucu juga kita seakan akan menyapa diri kita sendiri...”
“halahh kamu ini ada-ada aja deh...haha”
“iyaa, bener sok coba kamu liat di ftv-ftv kalo pagi-pagi liat kaca terus nyapa dirinya sendiri, yakan?”
“waahh kamu ini, kebanyakan ntn sinetron nih..haha, tapi ya bener jga sih”
“tuh kan kamu juga sama weee....”
“haha iya deh iya..ngalah aja sama kamu sih”
Pembicaraan kami pagi itu cukup menghilangkan bete ku pagi ini karena harus piket.
Ku hampiri Andrea yang sedang duduk sendiri dan menikmati makan siangnya itu.
“hai Dre, boleh aku gabung?”
“ohh boleh ko, duduk aja..”
“wah, masak apa nih hari ini?”
“hari ini aku ga masak nih”
“lohh kenapa?tumben kamu ga masak.. keilangan buku resep nya?ahha”
“ahh kamu bisa aja, ngga ko... lagi ga mood aja”
“walah ga mood kenapa sih?cerita lah...pasti ada sesuatu kan?”
“kamu pernah ngga sayang sama seseorang?”
“eemmm..ya pernah lah...sama mamah ade papah keluarga aku sayang..hehe”
“iihh tuh kan kamu mah gtu, udah lah bete nihhh...”
“eehh iya canda ko canda... santai atuh, emm sayang ya?pernah ko..”
“menurut kamu seberapa besar sayang kmu itu?”
“sayang tuh gada alat pengukurnya, sayang tuh ketika kamu takut kehilangan dia, gamau jauh dari dia, dan khawatir kalo dia ga ada kabar, itu sayang namanya, menurut aku yaa...”
“emmm gtu ya?eemm kalo sekrang aku ngerasa nyaman sama dia apa itu juga aku sayang sma dia?”
“ya tergantung sejauh mana perasaan nyaman kamu itu, apa nyaman karena dia selalu bikin kamu tersenyum terus atau cuma nyaman karena dia pendengar yang baik?”
“entahlah...masalah perasaan emang susah ya buat di definisikan?heemmm”
“ya itu lah keunikan dan keistimewaan Tuhan buat kita makhluk cinpataan-Nya yang paling sempurna”
“iya juga sih, tapi aku tuh selalu terlihat benar-benar bodoh kalau udah ngomongin soal perasaan aku selalu di bodohi dan tertipu sma persaanku sendiri”
“sebenernya sma kaya aku juga, aku selalu aja di taro di tengah-tangah antara dua pilihan, entah itu kembali atau menjauh, pilihan itu yang selalu membuatku bodoh”
“iya ya, di perpus ada ga sih buku yang berisi tentang perasaan?aku mau pelajari deh, biar ga di bodohin terus sama perasaan aku ini..haha”
“yaahh..kamu bisa aja yaa...emang kalau boleh tau siapa sih seseorang yang selalu kerja sama sama perasaan kamu buat kamu terlihat bodoh itu?
“eemmm...jangan sekarang deh ya..nanti juga kamu tau, ohya udah abis nih jam istirahat, balik lagi yu ke perpus...”
“eemm...yaudah deh hayuu...”
Sebenernya aku sudah bisa menebak siapa pria itu, dia adalah Rudi. Kenapa bisa begitu?ya dulu mereka sering terlihat bersama dan dengar-dengar mereka itu jadian sampai akhirnya Rudi harus melanjutkan kuliah dan mereka tak pernah terlihat lagi bersama.
Sore pun datang dan jam sudah mengingatkan kami untuk bersiap-siap meninggalkan perpustakaan ini. Kali ini aku berjalan sendiri, Andrea tadi masih ada sedikit data yang belum terinput dalam database perpustakaan. Entah mengapa aku terfikirkan kata-kata Andrea siang tadi, dia benar-benar terlihat tulus. Aahh sudahlah aku hanya temannya, dan yang ku bisa hanya memberi nya saran dan menghiburnya nanti.
Tiga hari sudah ku berlibur di rumah,, sangat singkat sekali libur kali ini, aku berkumpul dengan keluarga di rumah, bercanda ria, dan tak terasa hari ini aku sudah kembali ke rutinitasku lagi. Terlihat dari mejaku, Laras dan Andrea sedang ngobrol, entah apa yang mereka obrolkan tapi terlihat dari jauh mereka membicarakan hal yang penting, tapi yasudahlah itu urusan mereka. Tak lama obrolan mereka selesai dan Andrea kembali lagi ke meja kerjanya sebelah ku.
“ngobrolin apa sih tadi?keliatannya serius banget..”
“iihh kamu merhatiin obrolan aku sama Laras yaa?”
“ooohhh ngga ko cuma sekilas aja, kan ini kerjaanku juga masih banyak nih”
“hehe, canda ko... bukan apa-apa cuma obrolan biasa aja..hehe”
“ohh gtu ya, yaudah deh kalo gitu”
Tapi aku yakin ada sesuatu hal yang dia bicarakan tadi menyangkut perasaan yang akhir-akhir ini dia rasakan, tapi entahlah ini hanya tebakanku saja, biar itu menjadi obrolan mereka dan bila hal yang mereka bicarakan tadi juga boleh ku ketahui pasti tak akan lama Andrea juga akan bercerita padaku. Tapi aneh saja tak biasa nya aku sangat tenang memerhatikan nya ketika sedang sibuk bekerja di mejannya itu, apakah perasaan ini yang dulu ku rasakan saat ku dulu berjalan bersama dia wanita yang selalu ku ingat senyumannya itu? Aagrrhh tidak mungkin, biar lah kita menjadi teman atau sahabat curhat saja, dengan begitu tak akan ada jarak yang akan memisahkan kita tak akan ada tembok yang menghalangi di setiap pembiacraan kita nanti.
“hooooyyy...ngelamunin jorok ya?” Roby mengagetkanku
“sial kamu Rob, siapa juga yang ngelamun, segini gua lagi kerja...”
“aaghhh, jangan gitu gua tau ko dari tadi lu merhatiin Andrea mulu..yakan?”
“apaan sih lu, gua lagi kerja nih..udah sono lah kerjain kerjaan lu...”
“udah beres kerjaan gua nih, mau istirahat...mau ikut?”
“duluan aja deh gua masih dikit lagi nih...”
“yaudah ya gua duluan...”
“yoo...”
Aaaghhh, selesai juga tugasku ini... its rest time... ku duduk di kursi kantin dan menikmati makan siang yang ku beli di warung bu Bejo, warurng nasi populer di kantin ini, makanan yang enak dan harga yang terjangkau adalah andalan dari warung nasi ini, apalagi telor dadar dan sayur asam nya, beee berasa pengen nambah terus dah... tak lama ada Laras yang juga membawa makan siang nya.
“hey Larass...sini makan bareng, ga enak nih gaada temen ngobrol..”panggil ku
“ehh, Andre.. sendiri nih..biasa nya sama kembaranmu..haha”
“ahaha Andrea maksud kamu?Cuma sama nama doang masa di bilang kembarana sih.. ada ada aja kamu...”
“ahaha...mari makan...”
“ohya aku kepo nih, kamu lagi itu ngomongin apa sih sama Andrea?berasa serius banget..”
“iihh...kamu merhatiin dia terus nih ceritanya...hayoo suka yaa?”
“bukan gitu, kan kita temenan sahabatan kalo ada masalah ya cerita-cerita napa barangkali aja bisa bantu..”
“eemm.. ya gitu ini tentang perasaannya... dia cerita kalo dia tuh mulai bingung sama perasaannya, dia ngerasa sayang sama orang ini”
“eemm..pasti si Rudy yaa?”
“bukan ko, Rudy udah bagian dari masa lalu nya...dia bukan tipe yang selalu liat kebelakang...”
“terus siapa dong?”
“kamu juga bakal tau ko, dan Andrea bilang kayannya si dia juga nyimpen rasa sama dia...”
“eemm.gtu ya..yaudah deh... udah aah malah gosip..abisin tuh  makannya..”
“bee...kamu duluan yang mulai...”
Sebenarnya siapa ya seseorang yang Andrea maksud kalau itu bukan Rudy? Apakah dia sedang dekat dengan pria lain?aahh kenapa aku jadi kepo gini yaa... ya ammpun aku gamau terjebak lagi dalam perasaan ini. Siang ini ku tak melihat Andrea di kantin, kemana ya dia, perasaan tadi dia ke arah kantin, ahh biarlah perut ini tak bisa lagi di ajak kompromi, makan dulu baru kan ku cari dia. Sertelah ku selesai menghabiskan makanan ku, segera ku mencari Andrea. Dan ternyata dia sedang duduk sendiri di taman belakang perpus, dengan segera ku menghampiri nya, tapi dari kejauhan datang Roby yang membawa 2 minuman di tangannya dan ternyata itu untuk Andrea, oh jadi apa ini pria atau seseorang yang dia bicarakan selama ini?Roby teman kerja kita? Ya sekali lagi tebakanku salah, ternyata Roby lah yang mampu mengisi kursi kosong di dalam hatinya itu, tapi kenapa aku ngerasa kecewa gini ya?kan aku udh berniat hubungan ini hanya sebatas teman kerja saja, kenapa perasaan ini seperti hancur rasanya? Kenapa dengan ku? Ada apa dengan nya? Bukan kah sejak ini Andrea lebih banyak dekat denganku daripada Roby? Apakah ada yang terlewatkan selama ku liburan kemarin? Tapi apakah munkin secepat itu Andrea berpaling? Aaagrrhhh pertanyaan-pertanyaan yang membuatku gilaa rasanya... ku terus memikirkan kejadian tadi di meja kerja ku sambil melihat fotonya yang ku pajang untuk menghias meja kerja ku.
“hey dre, kamu kenapa?ga pulang?”
“ah iya iya...kamu ngagetin aku aja deh...”
“wahhh maaf yaa, kalo aku ngagetin kamu”
“iya ga apa-apa ko, aku beres-beres dulu ya...”
“iya aku tunggu ya di depan”
“hei...”
“hai...”
“ayo pulang..”
“ayoo...”
“ohya kamu ga pulang bareng Roby?”
“Roby?galah..kan kita beda arah...gimana kamu ini?”
“oh iya ya, maaf maaf..aku ga konsen nih”
“kamu kenapa sih keliatannya dari tadi di kerjaan juga ga fokus, cerita dong kalo ada masalah”
“ohh ga apa-apa ko”
“aku tau di balik setiap kata ga apa-apa itu pasti ada sesuatu yang berat yang kamu coba buat sembunyiin yakan?”
“susah ya nebak nebak perasaan orang tuh, susah juga kalo kita nyimpen perasaan suka, sayang sama seseorang tapi kita ga punya keberanian buat nyatainnya, dan di tambah dia ini orang yang susah di tebak perasaannya, dia juga deket sama seseorang, dan mungkin dia lebih milih dia daripada aku”
“usaha dong, cari tau lebih detail, siapa tau dia itu emang sahabatnya atau gimana usaha kalo emang kamu suka sma dia, kuat dong. Tapi aku juga lagi bingung nih, dia ini misterius juga sama dia pendiem banget aku bingung sama dia, tapi aku suka sama caranya ke aku, perhatiannya, cara dia itu yang selalu ku suka dan selalu membuatku nyaman sama dia, aku harus gimana ya>ha mungkin kan aku bilang suka sama dia?”
“kenapa ga mungkin?semuaa nya di jaman sekarang bisa jadi mungkin loh..”
“aku takut...”
“takut kenapa?bukannya dari caranya dia juga suka sama kamu?mungkin kalo begitu dia juga takut nyatain perasaan nya ke kamu, kalo kalian sama-sama takut perasaan kalian bakalan terus seperti ini, ga enak tau”
“eemmm, iya sih gatau deh ya... biar nanti waktu yang ngejawabnya... makasih ya kamu mau dengerin curhatan aku, jangan bosen-bosen ya sama aku...”
“(mana mungkin bisa aku bosen sama kamu ndre, ku pastikan perasaan ini perasaan sayang yang ku rasakan *ucapku dalam hati) iya ko mas sih aku bosen sama kamu, santai aja...”
“yaudah ya aku duluan udah sampe nih, ga kerasa yaa.. dahhh”
“daahhh..hati-hati yaa”
Hhuuufftt perasaan apa tadi, senang, sedih, cemas, perasaan itu ada disaat aku berbicara dengannya tadi, Ya Tuhan berikan ketenangan hati ini.
Malam yang tenang dan indahnya bintang bertaburan, membuatku membayangkan ada seseorang di luar sana juga yang sedang memperhatikan bintang yang sama denganku disini.
“ndre ndre...ini gua Roby”
“hoyy ya bentar, gua buka...” menuju pintu kamar
“ada apa rob? Malem-malem gini”
“eyy ban motor gua bocor nih tadi abis dari temen gua boleh nginep disini ntar besok pagi gua kan libur gua tambal ban motor nya”
“oh ya, asal lu brani bayar berapa?hahaha”
“ahh lu mah gtu sama temen sendiri, mulai perhitungan nih?”
“temen?lu bukan temen gua kali, lu sohib gua bro...”
“aahh gua terharu nih, peluk duluu ahh...”sambil ingin memeluk
“iisshh jauh-jauh lu...udah masuk ahh, banyak nyamuk ntar..”
Malam itu Roby menginap di kost ku, dan ini kesempatanku untuk menginvestigasinya mengenai Andrea. Aku akan cari data-data yang akurat darinya, macam detektif saja ya?.
“Rob, gua mau tanya boleh”
“ahh make ijin segala ada apa lu?”
“lu suka sma Andrea?”
“elaahh napa lu nanya gtu?terus kalo gua suka kenapa?”
“aahhh serius nih, lu suka kaga sama dia?”
“kepo lu ya, kalo lu emang suka tunjukin dong keberanian lu, tunjukin dong usaha lu, masa kalah sama gua, gua sih orang yang fair bro”
“jadi gimana lu suka ga?tinggal jawab aja susah amat lu ya”
“udah lu coba dulu dah, gimana respon dia pas lu bilang perasaan lu sebenernya sama dia, senelum keduluan gua, dengan cara itu lu bisa tau gimana dia dan gimana gua, usaha men usaha, kuat lu”
“ahh lu mah..udah lah tidur aja gua”
Sudah hampir sebulan ini, aku di hantui perasaan yang tak menentu ini apakah benar ini perasaan yang sma seperti dulu kala? Apakah tak apa bila ku katakan perasaan ku sekarang? Aku lelah dengan semua ini ya Tuhan, tak mau lagi ku di sesatkan oleh perasaanku sendiri. Baiklah ini aku, aku yang selalu mengambil segala resiko dengan apa yang akan ku lakukan, akan ku temui dia sore ini. Bukan kutemui tapi akan ku ungkapkan perasaanku yang sebenarnya. Jam sudah tepat menunjukan jam 16.00 WIB yang berarti waktu bedua dengan nya akan segera mulai untuk berjalan besama menuju rumah kami masing-masing.
“hey, ndre kamu haus ngga?”tanyaku pada Andrea
“emmm, iya nih kita berteduh dulu ya di sana, sore ini lumayan panas nih”
“okee..kamu tunggu ya aku beli minuman nya, aku yang traktir deh...”
“oke deh, makasih yaa..jangan lama ya...hehe”
“siap laksankan komandan..hhaha”
Tak lama aku menghampiri nya yang sedang duduk sambil kipas-kipas dengan buku yang dia bawa..
“heii, ga lama kan?nih buat kamu..”
“ohya, makasih ya...agghhh seger banget nih...”
“hari ini ga kaya biasa nya ya, panas banget.”
“iya nih aku aja sampe ga kuat kepanasan..”
“ya boleh dong bagi dikit angin nya...haha”
“oohh ga boleh, ini khusus buat aku..haha weee...”
“huuu pelit yaa...”
“biarin lah, kan kamu juga bawa buku, pake aja buku kamu sendiri...weee”
“huuu, oke kalo gitu”sambil ngeluarin buku dari tas
“tuhhh licik...”
“kenapa licik?buku kamu ko lebih gede dari punya ku?kan angin nya jadi lebih banyak, tuker ah tuker...”
“iiihh kamu yaa...tadi aku minjem ga boleh, sekarang minta tuker”
“oh jadi ga boleh nih?ga mau ngalah sama cewe?oke kalo gtu, gausah deh gajadi...”
“huuu...mgambek...jadi makin tembem aja tuh pipi..haha, nih ahh ambil deh buku nya”
“gamau ah udh telat..”
“ini ambil, sama coba baca di tengah buku nya”
“hahh, maksud kamu?”
“iya ini ambil makannya, buka deh dan baca ya”
“emang apaan sih?” *sambil mengambil buku ku dan membuka buku hingga ke bagian tengah nya
Will you be my girlfriend?

Keadaan hening sejenak, tak ada kata-kata di antara kita hanya hembusan angin yang terdengar bertabrakan dengan daun-daun dan ranting pepohonan di sekitar kita. Tapi tak lama Andrea menutup buku itu dan memberikannya lagi padaku, kataku dalam hati apakah untuk kesekian kalinya aku tertipu lagi dengan perasaanku, apakah benar seseorang itu adalah Roby? Entah sepertinya tak ada lagi yang kurasakan saat dia memberikan bukunya itu padaku.

“Andre, aku tau sejak pertama kali kita dekat, kamu itu orang yang baik, kamu selalu kasih perhatian buat aku, kamu selalu mau dengerin curhatan aku, kamu selalu bikin aku nyaman kalau aku deket sama kamu, tapi aku ngga bisa Ndre”
“eemm, ya aku paham ko...ada orang lain kan yang lebih bisa buat kamu nyaman daripada aku?orang yang kamu selalu bicarakan sama aku”
“kamu tau orang itu siapa?”
“entahlah...”
“orang yang selalma ini aku bicakan sama kamu sama laras juga sama Roby itu kamu Ndre..”
Sentak hati ini lemas dan entah perasaan apalagi ini?
“tapi kan?maksud kamu apa?”
“iya kamu Ndre, Cuma kamu...”
‘kamu tadi jawab ngga bisa?”
“aku ga bisa lagi terus di bohongin sama perasaan aku, aku udah yakin sama kamu, kamu orang yang mampu ngisi kursi kosong di hati aku ini... aku tau, pas aku di taman berdua sama Roby kamu ada kan ngeliatin aku?”
“ahh waktu itu... iyaa”
“aku ngeliat kamu, pas kamu berpaling ninggalin aku sama Roby, jujur waktu itu Roby juga nyatain perasaannya ke aku, tapi aku ga bisa kasih perasaan yang smaa buat dia, karena perasaan ini buat kamu”
“tapi Roby tau seseorang lain itu aku?”
“entahlah, mungkin dia udah tau... untuk kali ini aku yakin akan perasaan ini, mungkin kamu emang bukan yang pertama, tapi yakinkan juga perasaan ini hanya buat kamu ya, dan jaga perasaan ini buat kita berdua, jadi aku Andrea Cahya Fransisca  sayang kamu Rivaldo Andre Dinata, jaga ya perasaan ini”
“jadi selama ini adalah aku ya, jadi memang benar aku ini orang yang bodoh dan selalu banyak menebak dan diam di tempat bukan mencari dan bergerak ke arah mana yang ku inginkan, sekali lagi AKU BELUM SIAP MENJADI BODOH dengan selalu kembali lagi ke persimpangan jalan yang membuatku memilih ke arah mana ku harus melangkah, Andrea Cahya Fransisca tolong ajari aku mencari jalan yang tepat, ajari aku menjadi orang yang pintar dalam memilih dan mengambil segala keputusan dengan benar, ajari aku agar lebih mengerti akan kamu karena Aku Belum Siap menjadi Bodoh, kutemukan buku yang bisa mengajariku tetang segala hal yang ku butuhkan, menemukan jawaban akan segala pertanyaanku selama ini, makasih ya andrea, aku sayang kamu”
“aku juga sayang kamu...”



“Akhirnya ku temukan jawaban dari segala pertanyaanku, ku temukan kompas yang akan menunjukan jalan mana yang tebaik untukku, buku yang akan mengajariku indah nya memiliki dan berbagi”



~Continue~