Senin, 31 Maret 2014

Cerpen-->"Teman Rasa Pacar"


"Teman Rasa Pacar"



Semua ini berawal saat ku bertemu dengannya Nayla Santika Sari, wanita cantik yang selalu membalas senyumanku dengan senyum indah di wajahnya. Tapi apa daya mulut ini tak mampu mengungkapkan, ku hanya bisa terus melihatnya tersenyum kepadaku. Tapi yasudahlah inilah aku Antonius Hendarto laki-laki yang bisa memecahkan segala persoalan dalam perkuliahan tapi tak bisa memecahkan persoalan tentang CINTA....
Sebenarnya kami dulu pernah satu SMA, aku ingat benar dengannya, tapi tidak tau apakah dia juga msih ingat denganku, maklum saat SMA aku bisa dikatakan bukan orang yang pandai bergaul layaknya teman-teman yang lain, aku hanya memperhatikan pelajaran saja, sekarangpun aku mendapat beasiswa sehingga bisa kuliah seperti sekarang ini, itu pula yang membedakan antara aku dengan Nayla.
Disini aku mempunyai seorang sahabat, Hans panggilannya, Hans adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki dia selalu membantuku dalam segala hal dalam setiap kesulitan, begitu pula sebaliknya akupun selalu membantunya jika dia sedang dalam kesulita, kami juga satu kost-an kadang Hans tidur di kamarku dan juga sebaliknya intinya kami bisa dikatakan sudah seperti saudara bahkan kakak adik.
Suatu hari saat ku sedang membaca buku di taman dekat kampus, saat ku sedang aasik dengan buku bacaanku tiba-tiba terdengar teriakkan dari belakang “adduuuuhhh.....” dengan segera ku menghampiri teriakkan itu dan melihat siapa yang terjatuh disana, dan ternyata setelah ku menghampirinya ternyata dia adalah Nayla, dia tersandung batu karena terlalu asik dengan hp nya “aduh Nayla, makanya kalo jalan hati-hati jangan sibuk sama hp terus, jadi kesandung kan tuh... bentar ya saya cariin betadin sama kapas dulu, kakimu luka tuh...”. Secepat mungkin ku mencari warung untuk membeli betadin dan kapas, setelah mendapatkannya aku segera mengobati luka Nayla, hatiku sangat berdebar ketika dekat dengannya, baru kali ini aku sedekat ini dengannya, sesekali dia memegang pundakku dan berteriak karena kesakitan, setelah selesai ku obati Nayla berterima kasih padaku “makasih ya, oh ya kamu itu kan cowo yang sering baca buku di deket perpus itu kan?”,”oh iya La, tapi ga sering juga ah...lebih sering baca di dalem perpus, lebih adem tau...haha”,”bentar-bentar kamu ko bisa tau namaku? Kita pernah kenal sebelumnya?”,”wah kamu lupa ya La, ini aku Anton temen SMA kamu...”,”ya ampun, si ‘kutu buku’?? kamu berubah banget Ton, aku sampe pangling...hehe”,”berubah?apanya yang berubah? Gaada yang berubah ah...”,”kamu banyak berubah tau, sekarang lebih merhatiin penampilan...haha”,”ah kamu bisa aja...”,”tapi sekali lagi makasih ya Ton, kalau gaada kamu tadi, mungkin gaada yang mau nolongin aku”,”ahh...santai aja sama-sama Nayla”,”yaudah aku duluan ya, ada kelas nih..”,”oke deh, awas hati-hati ya...jangan maen hp terus...haha”.
Senang bukan kepalang hari ini, mimpi apa aku semalam bisa sedekat itu dengannya. Sesampainya di kost-an pun tak hentinya ku tersenyum sendiri jika ku ingat saat tadi siang, sungguh indah benar hari ini “dooooorrr.....” tiba-tiba Hans mengagetkanku, semuanya hilang sudah...”hayooo lagi apa?ko senyum-senyum sendiri...”,”apaan kamu Hans, siapa yang senyum-senyum lagi..”,”halah jangan bohong kamu, lagi punya kabar gembira kan?? Ayo dong cerita..masa sama bro sendiri gamau cerita sih...”,”haduhh kamu ini kepo ya Hans, karena kamu emang bro gue, oke nih saya ceritain tapi janji ya jangan tidur pas saya cerita..”,”oke rebes dah...”, orolan kami sangat seru saat itu, Hans mendengarkan semua ceritaku dari a sampai z. “wah....akhirnya bro gue ini masih normal ternyata..haha”,”sial kamu hans...ngomongmu itu loh sembarangan...”,”haha becanda kali Ton, yaudah selamet dah...”.
Saat itu setelah kami selesai bercerita tak terasa sudah larut dan si Hans tidur di kamarku. Keesokan harinya seperti biasa aku pergi ke kampus dan seperti biasa setelah sampai di kampus tujuan utamaku adalah perpustakaan, ku mulai mencari-cari buku yang ingin ku baca hari ini, dan setelah beberapa lama mencari akhirnya ku menemukan bukunya dan dengan segera ku mencari meja dan kursi kosong untuk tempatku membaca buku itu, tak lama setelah ku membaca ternyata Nayla menghampiriku dan duduk satu meja denganku dengan membawa buku di tangannya. “Hai Ton...boleh aku duduk disini?”,”oh tentu boleh dong gaada yang ngelarang...haha, kamu suka baca buku juga ya?buku apa tuh yang kamu bawa?”,”oh ini, ini novel Ton bukan buku pelajaran yang sering kamu baca itu..hehe”,”ohh novel toh, emang apa judulnya?”,”judulnya tuh ‘Surat Kecil untuk Tuhan’ Ton, kamu tau novel ini?”,”oohh iya aku pernah baca, sedih banget tuh ceritanya...”. pembicaran kami saat itu menjadi semakin serius ketika membahas tentang novel itu, tak jarang pula kami tertawa bersama, kami pun bercerita dan mengingat masa-masa SMA dulu. Semenjak pertemuan pertama kami di perpustakaan itu mulai lah kami sering bertemu dan berbincang-bincang di perpustakaan tak jarang pula kami jalan bersama untuk sekedar makan di kantin ataupun mengantar Nayla ke suatu tempat. Hingga suatu saat ketika ku ingin menemui Nayla, ternyata dia sedang duduk bersama seorang pria, dan merekapun terlihat sangat akrab dan akhirnya ku tak jadi menemuinya, ku langsung menuju ke perpustakaan tempat dimana bisa menghilangkan segala beban yang kadang mengganggu. Tak lama kemudian Nayla datang menghampiriku dan kami mebicarakan banyak hal dan saling berdiskusi juga tentang banyak hal, ketika ada kesempatan aku menanyakan siapa pria yang tadi bersamanya, Nayla pun menjelaskan semuanya padaku dia adalah Indra teman satu prodinya dan tadi mereka sedang berdiskusi mata kuliah yang belum di mengerti oleh Nayla, akhirnya ku bisa menarik nafas panjang dan sedikit lega ternyata Indra itu hanya temannya. Siang harinya ketika ku sedang berjalan menuju kost ku melihat Indra sedang bersama Hans di sebuah warung dan mereka juga terlihat sangat akrab, ternyata Hans melihatku dan dia memanggilku untuk bergabung bersamanya. Kami banyak berbincang-bincang saat itu dan ternyata Indra adalah teman Hans sewaktu dia SMA dulu, kami bertiga langsung akrab saat itu banyak hal yang kami ceritakan dan tak terasa hari sudah sore dan kami bertiga memutuskan untuk mengakhiri perbincangan kami dan kembali ke kost-an masing-masing. Sesampainya di kost-an aku menceritakan kedekatan Hans dengan Nayla yang tadi siang ku melihat dengan mata kepalaku sendiri dan menanyakan pada Hans apakah dia tau sebenarnya Indra itu benar menyukai Nayla tau tidak, dan Hans pun menceritakan perbincangannya dengan Indra sebelum ku bergabung bersamanya tadi, Hans bertanya pada Indra apakah dia sudah memiliki pacar atau belum dan Indra pun hanya menjawab dia sedang dekat dengan seorang wanita tapi dia tidak mau menceritakan siapa wanita itu, dan setelah mendengar cerita Hans tadi ku langsung berprasangka bahwa wanita itu adalah Nayla.
Keesokan harinya di kampus ternyata ku lihat lagi Nayla sedang bersama dengan Indra, hal itu semakin membuatku yakin wanita yang sedang dekat dengan Indra adalah Nayla. Pikiranku kacau saat itu, tapi sempat ku berfikir bahwa aku akan menang untuk mendapatkan Nayla, selama ini kan dia lebih sering jalan bersamaku daripada dengan Indra. Siang harinya Nayla mengajakku untuk pergi makan ke kantin dan ketika di kantin ku melihat Indra sedang menggandeng wanita lain dan mereka menghampiri kami yang sedang makan, Indra langsung memperkenalkan pacarnya itu mereka baru saja jadian, kataku dalam hati “jadi wanita yang sedang dekat dengan Indra itu ternyata bukan Nayla, syukurlah...”. Perasaan ku semakin membaik ketika mendengar pernyataan tadi, ternyata semua yang kupikirkan tidak sesuai pada kenyataannya. Tapi tetap saja walaupun sudah tak ada yang menghalingiku untuk mendapatkan Nayla ku tetap tak mampu mengungkapkan hal yang sebenarnya jadi ku berfikir “Lebih baik kita berteman tapi rasa pacaran daripada kita pacaran rasa berteman”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar