"Teman Rasa Pacar"
Semua ini berawal saat ku bertemu dengannya Nayla
Santika Sari, wanita cantik yang selalu membalas senyumanku dengan senyum indah
di wajahnya. Tapi apa daya mulut ini tak mampu mengungkapkan, ku hanya bisa
terus melihatnya tersenyum kepadaku. Tapi yasudahlah inilah aku Antonius
Hendarto laki-laki yang bisa memecahkan segala persoalan dalam perkuliahan tapi
tak bisa memecahkan persoalan tentang CINTA....
Sebenarnya
kami dulu pernah satu SMA, aku ingat benar dengannya, tapi tidak tau apakah dia
juga msih ingat denganku, maklum saat SMA aku bisa dikatakan bukan orang yang
pandai bergaul layaknya teman-teman yang lain, aku hanya memperhatikan
pelajaran saja, sekarangpun aku mendapat beasiswa sehingga bisa kuliah seperti
sekarang ini, itu pula yang membedakan antara aku dengan Nayla.
Disini aku mempunyai seorang sahabat, Hans
panggilannya, Hans adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki dia selalu
membantuku dalam segala hal dalam setiap kesulitan, begitu pula sebaliknya
akupun selalu membantunya jika dia sedang dalam kesulita, kami juga satu
kost-an kadang Hans tidur di kamarku dan juga sebaliknya intinya kami bisa
dikatakan sudah seperti saudara bahkan kakak adik.
Suatu hari saat ku sedang membaca buku di taman
dekat kampus, saat ku sedang aasik dengan buku bacaanku tiba-tiba terdengar
teriakkan dari belakang “adduuuuhhh.....” dengan segera ku menghampiri
teriakkan itu dan melihat siapa yang terjatuh disana, dan ternyata setelah ku
menghampirinya ternyata dia adalah Nayla, dia tersandung batu karena terlalu
asik dengan hp nya “aduh Nayla, makanya kalo jalan hati-hati jangan sibuk sama
hp terus, jadi kesandung kan tuh... bentar ya saya cariin betadin sama kapas
dulu, kakimu luka tuh...”. Secepat mungkin ku mencari warung untuk membeli
betadin dan kapas, setelah mendapatkannya aku segera mengobati luka Nayla,
hatiku sangat berdebar ketika dekat dengannya, baru kali ini aku sedekat ini
dengannya, sesekali dia memegang pundakku dan berteriak karena kesakitan,
setelah selesai ku obati Nayla berterima kasih padaku “makasih ya, oh ya kamu
itu kan cowo yang sering baca buku di deket perpus itu kan?”,”oh iya La, tapi
ga sering juga ah...lebih sering baca di dalem perpus, lebih adem
tau...haha”,”bentar-bentar kamu ko bisa tau namaku? Kita pernah kenal
sebelumnya?”,”wah kamu lupa ya La, ini aku Anton temen SMA kamu...”,”ya ampun,
si ‘kutu buku’?? kamu berubah banget Ton, aku sampe
pangling...hehe”,”berubah?apanya yang berubah? Gaada yang berubah ah...”,”kamu
banyak berubah tau, sekarang lebih merhatiin penampilan...haha”,”ah kamu bisa
aja...”,”tapi sekali lagi makasih ya Ton, kalau gaada kamu tadi, mungkin gaada
yang mau nolongin aku”,”ahh...santai aja sama-sama Nayla”,”yaudah aku duluan
ya, ada kelas nih..”,”oke deh, awas hati-hati ya...jangan maen hp
terus...haha”.
Senang bukan kepalang hari ini, mimpi apa aku
semalam bisa sedekat itu dengannya. Sesampainya di kost-an pun tak hentinya ku
tersenyum sendiri jika ku ingat saat tadi siang, sungguh indah benar hari ini
“dooooorrr.....” tiba-tiba Hans mengagetkanku, semuanya hilang sudah...”hayooo
lagi apa?ko senyum-senyum sendiri...”,”apaan kamu Hans, siapa yang
senyum-senyum lagi..”,”halah jangan bohong kamu, lagi punya kabar gembira kan??
Ayo dong cerita..masa sama bro sendiri gamau cerita sih...”,”haduhh kamu ini
kepo ya Hans, karena kamu emang bro gue, oke nih saya ceritain tapi janji ya
jangan tidur pas saya cerita..”,”oke rebes dah...”, orolan kami sangat seru
saat itu, Hans mendengarkan semua ceritaku dari a sampai z. “wah....akhirnya
bro gue ini masih normal ternyata..haha”,”sial kamu hans...ngomongmu itu loh
sembarangan...”,”haha becanda kali Ton, yaudah selamet dah...”.
Saat itu setelah kami selesai bercerita tak terasa
sudah larut dan si Hans tidur di kamarku. Keesokan harinya seperti biasa aku
pergi ke kampus dan seperti biasa setelah sampai di kampus tujuan utamaku
adalah perpustakaan, ku mulai mencari-cari buku yang ingin ku baca hari ini,
dan setelah beberapa lama mencari akhirnya ku menemukan bukunya dan dengan
segera ku mencari meja dan kursi kosong untuk tempatku membaca buku itu, tak
lama setelah ku membaca ternyata Nayla menghampiriku dan duduk satu meja
denganku dengan membawa buku di tangannya. “Hai Ton...boleh aku duduk
disini?”,”oh tentu boleh dong gaada yang ngelarang...haha, kamu suka baca buku
juga ya?buku apa tuh yang kamu bawa?”,”oh ini, ini novel Ton bukan buku
pelajaran yang sering kamu baca itu..hehe”,”ohh novel toh, emang apa
judulnya?”,”judulnya tuh ‘Surat Kecil untuk Tuhan’ Ton, kamu tau novel
ini?”,”oohh iya aku pernah baca, sedih banget tuh ceritanya...”. pembicaran
kami saat itu menjadi semakin serius ketika membahas tentang novel itu, tak
jarang pula kami tertawa bersama, kami pun bercerita dan mengingat masa-masa
SMA dulu. Semenjak pertemuan pertama kami di perpustakaan itu mulai lah kami
sering bertemu dan berbincang-bincang di perpustakaan tak jarang pula kami
jalan bersama untuk sekedar makan di kantin ataupun mengantar Nayla ke suatu
tempat. Hingga suatu saat ketika ku ingin menemui Nayla, ternyata dia sedang
duduk bersama seorang pria, dan merekapun terlihat sangat akrab dan akhirnya ku
tak jadi menemuinya, ku langsung menuju ke perpustakaan tempat dimana bisa
menghilangkan segala beban yang kadang mengganggu. Tak lama kemudian Nayla
datang menghampiriku dan kami mebicarakan banyak hal dan saling berdiskusi juga
tentang banyak hal, ketika ada kesempatan aku menanyakan siapa pria yang tadi
bersamanya, Nayla pun menjelaskan semuanya padaku dia adalah Indra teman satu
prodinya dan tadi mereka sedang berdiskusi mata kuliah yang belum di mengerti
oleh Nayla, akhirnya ku bisa menarik nafas panjang dan sedikit lega ternyata
Indra itu hanya temannya. Siang harinya ketika ku sedang berjalan menuju kost
ku melihat Indra sedang bersama Hans di sebuah warung dan mereka juga terlihat
sangat akrab, ternyata Hans melihatku dan dia memanggilku untuk bergabung
bersamanya. Kami banyak berbincang-bincang saat itu dan ternyata Indra adalah
teman Hans sewaktu dia SMA dulu, kami bertiga langsung akrab saat itu banyak
hal yang kami ceritakan dan tak terasa hari sudah sore dan kami bertiga
memutuskan untuk mengakhiri perbincangan kami dan kembali ke kost-an
masing-masing. Sesampainya di kost-an aku menceritakan kedekatan Hans dengan
Nayla yang tadi siang ku melihat dengan mata kepalaku sendiri dan menanyakan
pada Hans apakah dia tau sebenarnya Indra itu benar menyukai Nayla tau tidak, dan
Hans pun menceritakan perbincangannya dengan Indra sebelum ku bergabung
bersamanya tadi, Hans bertanya pada Indra apakah dia sudah memiliki pacar atau
belum dan Indra pun hanya menjawab dia sedang dekat dengan seorang wanita tapi
dia tidak mau menceritakan siapa wanita itu, dan setelah mendengar cerita Hans
tadi ku langsung berprasangka bahwa wanita itu adalah Nayla.
Keesokan harinya di kampus
ternyata ku lihat lagi Nayla sedang bersama dengan Indra, hal itu semakin
membuatku yakin wanita yang sedang dekat dengan Indra adalah Nayla. Pikiranku
kacau saat itu, tapi sempat ku berfikir bahwa aku akan menang untuk mendapatkan
Nayla, selama ini kan dia lebih sering jalan bersamaku daripada dengan Indra.
Siang harinya Nayla mengajakku untuk pergi makan ke kantin dan ketika di kantin
ku melihat Indra sedang menggandeng wanita lain dan mereka menghampiri kami
yang sedang makan, Indra langsung memperkenalkan pacarnya itu mereka baru saja
jadian, kataku dalam hati “jadi wanita yang sedang dekat dengan Indra itu ternyata
bukan Nayla, syukurlah...”. Perasaan ku semakin membaik ketika mendengar
pernyataan tadi, ternyata semua yang kupikirkan tidak sesuai pada kenyataannya.
Tapi tetap saja walaupun sudah tak ada yang menghalingiku untuk mendapatkan
Nayla ku tetap tak mampu mengungkapkan hal yang sebenarnya jadi ku berfikir “Lebih baik kita berteman tapi rasa pacaran
daripada kita pacaran rasa berteman”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar