“Ceritaku di Putih Abu-Abu”
Di pagi
yang cerah ini aku terbangun dari tidurku dan disambut oleh teriakan mamahku
yang menyuruhku untuk cepat mandi dan bersiap berangkat sekolah. Aku pun cepat
berlari ke kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Oh ya,
hari ini adalah hari pertamaku sekolah di sekolah yang baru, dulu aku sekolah
di SMAN Pelita Harapan, Bandung dan sekarang aku sekolah di SMAN Nusa Bangsa,
Jakarta. Kalian tau kenapa aku harus pindah sekolah? Eittss, bukan karena
tingkahku yang nakal ya, aku pindah sekolah karena ayahku memiliki pekerjaan di
kota metropolitan ini yang memungkinkan akan menetap di sini. Oleh sebab itu
aku terpaksa pindahdari sekolah yang lama. Tapi tak masalah bagiku karena aku
harus bersyukur masih dapat bersekolah. Oh ya, aku belum memperkenalkan diri...
namaku Randy umurku 17 tahun hobi ku bermain basket, pelajaran yang paling ku
sukai adalah matematika. Waahh.. sepertinya sudah saatnya pergi ke sekolah nih,
sudah yaa kenalannya.
Sesampainya
di sekolah yang baru aku merasa asing dan belum mengenal kondisi di sekolah
ini. Aku langsung berkeliling untuk mencari kelas XII IPA 2 yang akan menjadi
kelas untuk tempatku menimba ilmu. Setelah keliling-keliling sekolahan akhirnya
aku menemukan kelas itu dan ternyata di kelas sudah ada wali kelas yang memang
akan memberitahukan kedatanganku. Saat itu hatiku berdetak lebih cepat dari
biasanya, aku harus memperkenalkan diri lagi di hadapan teman-temanku yang
baru. Ketika aku berdiri dan mengetuk pintu, ibu wali kelas langsung
menghampiriku dan mengajakku masuk untuk memperkenalkan diri. Keringat dingin
sudah bercucuran dari pori-pori kulitku. Tapi ketika aku masuk ke kelas,
pandanganku langsung teralihkan pada seorang wanita yang sedang duduk sendirian
tanpa ada teman sebangku, pikirku dalam hati “apakah ini yang dinamakan
malaikat tanpa sayap? Mudah-mudahan saja aku bisa duduk sebangku dengannya dan
berkenalan dengannya”. Tapi tiba-tiba aku mendengar teriakkan yang aneh
terdengar di telingaku, dan ternyata suara itu adalah suara ibu wali kelas yang
sejak tadi menungguku untuk memperkenalkan diri, yaaahhhh.... khayalanku jadi
hilang semmua deeh... lalu aku pun segera memperkenalkan diri di hadapan
teman-teman baruku. “Hai namaku Randy aku baru pindah dari sekolah SMA Pelita
Harapan Bandung. Salam kenal semuannya.... terima kasih”. Huh... akhirnya
selesai juga perkenalannya, untuk berkata seperti itu saja sepertinya sudah
banyak botol terisi penuh dengan keringatku, hahaha....
Inilah
saat yang ku tunggu-tunggu, ibu wali kelas akan memilihkan tempat duduk
untukku, aku terus berdoa agar bisa duduk bersamanya. Hatiku semakin kencang
saja berdetak, danibu pun segera berkata “silahkan Randy kamu duduk disana
dengannya”, kalian tahu ibu menunjuk ke arah mana??? Ya..... ibu menyuruhku
duduk bersama wanita yang mengalihkan duniaku tadi”, secara spontan aku
berteriak... “yeeeesssss.......” teriakkanku itu membuat ibu wali kelas
bertanya “ada apa Randy?”,”ohh...idak ada apa-apa bu, terima kasih bu...”.
Tingkahku tadi membuat semua teman-teman menertawaiku dan membuatku malu. Tapi
tak masalah, yang terpenting aku mendapat apa yang aku inginkan, yaitu duduk di
sampingnya, dengan secepat kilat aku beranjak dari tempat ku berdiri dan
menghampiri wanita itu untuk duduk bersamanya.
Tak lama
kemudian pelajaran pertama dimulai, dan pada saat itu adalah pelajaran sejarah,
salah satu pelajaran yang aku kurang sukai karena terlalu banyak menghafal.
Tapi, ini adalah kesempatan terbaikku untuk berkenalan dengannya. Dengan tangan
yang gemetar aku langsung bertanya dan mengajaknya berkenalan “hai aku
Randy...”,”hai juga, aku Rani....”,”senang berkenalan denganmu Rani...”. Ya
Tuhan, suaranya sangat indah dan enak di dengar, hati ini semakin tak karuan
rasanya. Sepanjang pelajaran tak hentinya ku memandang wajahnya dan melihat
senyum indah di wajahnya.
Bel
istirahat pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar ruangan untuk segera
menyerbu kantin sekolah, tapi tidak dengan Rani, ia mengeluarkan kotak makanan
dari tasnya dan makan di mejanya itu. “kamu ga ke kantin Randy?”,” oh ngga,
tadi pagi aku udah sarapan di rumah”,”oh gitu ya... yaudah aku makan ya...”,”oh
ya silahkan, yang kenyang ya makannya... he he he”. Ketika mulai ada sedikit
pembicaraan di antara kita, ternyata dari belakang ada yang menepuk pundakku
“hai, aku Toni”,”hai juga... aku Randy”,”ayo kita ke kantin...!”,”ohhh....ayo,
sekalian aku mau berkeliling melihat-lihat lingkungan sekolah ini”. Yaahh....
si Toni ini mengganggu saja, sebenarnya aku kan masih pengen ngobrol sama Rani.
Tapi, tak apalah aku kan anak baru disini, nanti di sangka sombong lagi.
Waktu
begitu cepat, semua pelajaran sudah terlewatkan dan bel pulang pun berbunyi.
Aku pun berjalan ke pangkalan angkot untuk segera pulang. Sebelum aku keluar
dari gerbang, tiba-tiba Toni memanggil dan memintaku menunggunya untuk
bersama-sama ke pangkalan angkot. “hai, kamu pulang naik angkot juga?” tanyaku
ke Toni “oh ya, rumahku di jalan Merpati 6”,”wah wah... ternyata rumah kita
dekat ya, aku di jalan merpati 8”,”lohh... yasudah kita naik angkot bareng
aja..!”. Sepanjang perjalanan kita banyak membicarakan tentang sekolah dan
teman-teman. Sesampainya di pangkalan angkot aku dan Toni segera naik ke angkot
dan ternyata kalian tahu apa yang ku lihat?” ternyata di dalam angkot sudah ada
Rani yang sedang kepanasan karena angkotnya lama tidak berangkat-berangkat. Aku
pun memberinya senyuman dan dia pun membalas senyumanku itu. Seperti biasa
hatiku selalu bergetar ketika dekat dengannya. Tak lama, angkot pun melaju
meninggalkan pangkalan, di dalam angkot kita bertiga berbincang-bincang sangat
asik, tak terasa lagi rumahku sudah dekat dan kita harus menghentikan
pembicaraan dan segera turun dari angkot. Aku dan Toni turun dari angkot, tak
lupa aku berkata pada Rani “aku duluan ya, daaah...”,”daahh.. juga Randy...
hati-hati di jalan..”,”kamu juga hati-hati ya Rani...”. Beberapa meter lagi aku
sampai di rumah, dan tak sabar untuk cerita ke mamah tentang sekolahku seharian
ini. Akhirnya aku sampai di rumah lebih dulu daripada Toni, karena rumah Toni
sedikit lebih jauh daripada rumahku. “aku duluan ya Toni...hati-hati..”,”oke
Ran...siap...”. Sesampainya di rumah bau masakan mamah sudah tercium dari
dapur, tanpa pikit panjang lagi setelah melepas sepatu, ganti baju, secepat
kilat aku langsung berlari ke arah dapur untuk segera menyantap semua makanan
yang ada. Ketika di meja makan mamah bertanya tentang sekolahku, dan aku
menceritakan semua kejadian di sekolah tadi dengan penuh semangat, dan mamah
pun sangat senang dengan ceritaku itu.
Keesokan harinya,
seperti biasa jam beker alami dari mama yang membangunkanku. Hari ini ada
pelajaran yang ku sukai dan aku akan semangat memperhatikan guru dalam
menjelaskan materi. Ketika aku sampai di kelas, Rani terlihat kebingungan dan
gelisah,”ada apa Rani?”tanyaku padanya “ini aku belum ngerjain PR matematika
nih...”,”oh emang pr tentang materi apa?”,”ini materi deferensial, semalem aku
kebingungan sekali”,”oh..deferensial, boleh aku melihatnya? Mungkin aku bisa
sedikit membantu...”,”oh boleh sekali...ini soalnya”. Soal demi soal dapat
terselesaikan dan aku pun mengajari Rani, agar dia bisa mengerti. Tak jarang
terjadi canda tawa di saat mengerjakan, dan hal itu membuat hatiku merasa
senang, tak terasa semua soal selesai pagi itu, Rani berterima kasih padaku
karena mau mengejarinya dan membantunya mengerjakan pr. Oh Tuhan kata-katanya
dan senyumannya itu selalu membuat ku merasa bahagia melihatnya. Tak lama
pelajaran akan dimulai, kami semua bersiap-siap untuk menerima materi ajar.
Setelah semua
pelajaran hari ini kami terima, kami semua bersiap-siap untuk pulang. Seperti biasa
aku pulang dengan Toni dan ketika aku sedang siap-siap untuk pulang, Rani
berkata kepadaku “terima kasih ya Randy, kalau ga ada kamu, mungkin aku tadi
ikut di hukum gara-gara ga ngerjain pr nya, sudah ya aku duluan pulang...daaahh”,”oh
iya sama-sama Rani...daaaahhh”. “yes...yes...yes...”aku teriak kencang,”ada apa
Randy?”Toni bertanya,”oh ngga ada apa-apa ko, ayo pulang..”. Ketika kita berdua
sedang berjalan, dari belakang terdengar suara yang memanggil “Randy....”, dan
ternyata suara itu adalah Rani, tapi dia sedang di bonceng oleh seorang pria. Dengan
seketika aku hanya terdiam melihatnya lewat di hadapanku. Oh mungkin dia
pacarnya Rani, pantas saja tadi dia buru-buru pulang. Saat itu aku sangat lemas
dan sedikit kecewa. Ketika di angkot pun aku tidak mendengar semua ocehan Toni.
Aku pun sampai di rimah dengan perasaan yang tak karuan, dan segera menuju
kamar untuk istirahat sambil teringat kejadian tadi.
Pagi hari
berikutnya, semua aktivitas di rumah sama seperti biasanya, tapi aku merasa
berbeda, dan masih terpikirkejadian kemarin. Sepertinya tak berniat untuk
sekolah. Tapi ku kuatkan kakiku melangkah menuju sekolahku. Sesampainya di
sekolah Rani dan Dini sahabatnya menghampiriku, dan Rani menyapaku “hai
Randy....”,”hai....”jawabku dengan suara yang pelan. Dini bertanya pada Rani “ada
apa ya si Randy? Dia tampak murung,”,”iya nih.. tidak biasanya dia seperti itu,
biarlah nanti aku akan menanyakannya”. Dini dan Rani kembali kembali
menghampiriku,”Randy, ada apa denganmu?”Rani bertanya,”gak ada apa-apa kok”,”gak
mungkin ga ada apa-apa, kamu ko cuek sama kita”, Dini juga bertanya.”udah ah
jangan mikirin aku, gak apa-apa kali..”. Sepanjang pelajaran aku berusaha untuk
tidak meladeni Rani, tapi apa boleh buat aku tidak bisa. Sampai akhirnya aku
menanyakan kejadian kemarin, yang ku
lihat”kemarin itu pacar kamu ya Rani?”,”yang mana?”,”yang kemarin bonceng kamu
itu lohh...”,” oh, kak Sammy? Ya ampun..dia itu kakak aku kali...emmm..kamu
cemburu ya, jadi ngediemin aku gini?”,”huh... geer deh kamu”. Dalam hatiku
sedikit lega, tapi aku berusaha tidaj menunjukkannya. Untuk memastikan
kebenarannya, aku akan menanyakan pada sahabat Rani yaitu Dini. “Dini... apa
benar kak Sammy itu kakaknya Rani??”,”oh iya bener Ran, emang kenapa Ran?kamu
pasti sangka kak Sammy pacarnya ya??hayoo... cemburu ya....”,”huhh...apaan sih
kamu Din, udah ah aku ke kantin dulu ya Din...”. Perasaan ku semakin lega,
ternyata semua perasaanku tentang Rani itu adalah salah.
Dua bulan
sudah aku bersekolah di sini dan berteman dengan teman-temanku Dini dan Toni
dan juga Rani. Tapi rasaku untuk Rani tidak pernah berubah dan pada hari ini
aku akan mencoba mengungkapkannya. Aku mengirimkan pesan untuk Rani ketika bel
berbunyi “aku tunggu di taman dekat sekolah”. Tak lama Rani pun datang
menemuiku, tapi dia bersama Dini,”huhh..kenapa harus sama Dini juga sih..?”gumam
ku dalam hati,”ada apa kamu mengajakku kesini Randy?”tanya Rani,”mau nemba kali
tuh Ran...”sela Dini. “yaudah aku beli minuman dulu ya, silahkan nikmati
berdua..haha”. Yes....akhirnya si Dini pergi juga, kalu gini kan jadi enak.”Rani...”,”iya
Randy...”,”kita kan sudah temenan lama, sebenernya dari pertama aku kenalan dan
lihat kamu, aku sudah nyimpen perasaan ke kamu, kamu itu perempuan yang baik,
pintar, lengkap deh..dan aku suka semua itu Rani,.. jadi hari ini aku mau
ungkapin semua perasaanku ke kamu, aku suka dan sayang sama kamu Rani, mau ga
kamu jadi pacar aku?”,” ya ampun Randy, aku hargai semua pujian dan rasa sayang
kamu ke aku, tapi maaf sekali, aku belum bisa nerima kamu jadi pacar aku, kita
lebih cocok sahabatan aja, alasan lain juga, kita kan mau dekat ujian aku
pengen kita fokus sama ujiannya biar kita bisa lulus dengan nilai yang terbaik,
satu lagi yang mau aku jelasin kalu kita pacaran nanti, pasti bakal ada mantan
pacar tapi kalu kita sahabatan ga bakal ada mantan sahabat, aku juga ga mau hal
itu terjadi sama kita Randy... kamu ngerti kan??”,”emmm... iya deh aku ngerti,
jadi kamu mau kita sahabatan aja?”,”iya Randy...sekali lagi maaf ya, tapi inget
juga, rasa sayang itu simpen terus ya di hati kamu, biar kamu terus sayang
sahabatmu ini...oke??”,”oke deh Rani...bener ya aku boleh simpen rasa sayang
ini terus buat kamu, dan selamanya kita akan jadi sahabat?”,”iya Randy...kita
bakal terus jadi sahabat”.
Semenjak kejadian
itu, aku baru mengerti arti sebuah persahabatan, sahabat itu melebihi
segalanya, sahabat itu akan mengulurkan tangannya ketika kita terjatuh, akan
mengusap air mata kita, ketika kita menangis.