Sabtu, 23 November 2013

Cerpen-->"Ceritaku di Putih Abu-Abu"


“Ceritaku di Putih Abu-Abu”


Di pagi yang cerah ini aku terbangun dari tidurku dan disambut oleh teriakan mamahku yang menyuruhku untuk cepat mandi dan bersiap berangkat sekolah. Aku pun cepat berlari ke kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Oh ya, hari ini adalah hari pertamaku sekolah di sekolah yang baru, dulu aku sekolah di SMAN Pelita Harapan, Bandung dan sekarang aku sekolah di SMAN Nusa Bangsa, Jakarta. Kalian tau kenapa aku harus pindah sekolah? Eittss, bukan karena tingkahku yang nakal ya, aku pindah sekolah karena ayahku memiliki pekerjaan di kota metropolitan ini yang memungkinkan akan menetap di sini. Oleh sebab itu aku terpaksa pindahdari sekolah yang lama. Tapi tak masalah bagiku karena aku harus bersyukur masih dapat bersekolah. Oh ya, aku belum memperkenalkan diri... namaku Randy umurku 17 tahun hobi ku bermain basket, pelajaran yang paling ku sukai adalah matematika. Waahh.. sepertinya sudah saatnya pergi ke sekolah nih, sudah yaa kenalannya.
Sesampainya di sekolah yang baru aku merasa asing dan belum mengenal kondisi di sekolah ini. Aku langsung berkeliling untuk mencari kelas XII IPA 2 yang akan menjadi kelas untuk tempatku menimba ilmu. Setelah keliling-keliling sekolahan akhirnya aku menemukan kelas itu dan ternyata di kelas sudah ada wali kelas yang memang akan memberitahukan kedatanganku. Saat itu hatiku berdetak lebih cepat dari biasanya, aku harus memperkenalkan diri lagi di hadapan teman-temanku yang baru. Ketika aku berdiri dan mengetuk pintu, ibu wali kelas langsung menghampiriku dan mengajakku masuk untuk memperkenalkan diri. Keringat dingin sudah bercucuran dari pori-pori kulitku. Tapi ketika aku masuk ke kelas, pandanganku langsung teralihkan pada seorang wanita yang sedang duduk sendirian tanpa ada teman sebangku, pikirku dalam hati “apakah ini yang dinamakan malaikat tanpa sayap? Mudah-mudahan saja aku bisa duduk sebangku dengannya dan berkenalan dengannya”. Tapi tiba-tiba aku mendengar teriakkan yang aneh terdengar di telingaku, dan ternyata suara itu adalah suara ibu wali kelas yang sejak tadi menungguku untuk memperkenalkan diri, yaaahhhh.... khayalanku jadi hilang semmua deeh... lalu aku pun segera memperkenalkan diri di hadapan teman-teman baruku. “Hai namaku Randy aku baru pindah dari sekolah SMA Pelita Harapan Bandung. Salam kenal semuannya.... terima kasih”. Huh... akhirnya selesai juga perkenalannya, untuk berkata seperti itu saja sepertinya sudah banyak botol terisi penuh dengan keringatku, hahaha....
Inilah saat yang ku tunggu-tunggu, ibu wali kelas akan memilihkan tempat duduk untukku, aku terus berdoa agar bisa duduk bersamanya. Hatiku semakin kencang saja berdetak, danibu pun segera berkata “silahkan Randy kamu duduk disana dengannya”, kalian tahu ibu menunjuk ke arah mana??? Ya..... ibu menyuruhku duduk bersama wanita yang mengalihkan duniaku tadi”, secara spontan aku berteriak... “yeeeesssss.......” teriakkanku itu membuat ibu wali kelas bertanya “ada apa Randy?”,”ohh...idak ada apa-apa bu, terima kasih bu...”. Tingkahku tadi membuat semua teman-teman menertawaiku dan membuatku malu. Tapi tak masalah, yang terpenting aku mendapat apa yang aku inginkan, yaitu duduk di sampingnya, dengan secepat kilat aku beranjak dari tempat ku berdiri dan menghampiri wanita itu untuk duduk bersamanya.
Tak lama kemudian pelajaran pertama dimulai, dan pada saat itu adalah pelajaran sejarah, salah satu pelajaran yang aku kurang sukai karena terlalu banyak menghafal. Tapi, ini adalah kesempatan terbaikku untuk berkenalan dengannya. Dengan tangan yang gemetar aku langsung bertanya dan mengajaknya berkenalan “hai aku Randy...”,”hai juga, aku Rani....”,”senang berkenalan denganmu Rani...”. Ya Tuhan, suaranya sangat indah dan enak di dengar, hati ini semakin tak karuan rasanya. Sepanjang pelajaran tak hentinya ku memandang wajahnya dan melihat senyum indah di wajahnya.
Bel istirahat pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar ruangan untuk segera menyerbu kantin sekolah, tapi tidak dengan Rani, ia mengeluarkan kotak makanan dari tasnya dan makan di mejanya itu. “kamu ga ke kantin Randy?”,” oh ngga, tadi pagi aku udah sarapan di rumah”,”oh gitu ya... yaudah aku makan ya...”,”oh ya silahkan, yang kenyang ya makannya... he he he”. Ketika mulai ada sedikit pembicaraan di antara kita, ternyata dari belakang ada yang menepuk pundakku “hai, aku Toni”,”hai juga... aku Randy”,”ayo kita ke kantin...!”,”ohhh....ayo, sekalian aku mau berkeliling melihat-lihat lingkungan sekolah ini”. Yaahh.... si Toni ini mengganggu saja, sebenarnya aku kan masih pengen ngobrol sama Rani. Tapi, tak apalah aku kan anak baru disini, nanti di sangka sombong lagi.
Waktu begitu cepat, semua pelajaran sudah terlewatkan dan bel pulang pun berbunyi. Aku pun berjalan ke pangkalan angkot untuk segera pulang. Sebelum aku keluar dari gerbang, tiba-tiba Toni memanggil dan memintaku menunggunya untuk bersama-sama ke pangkalan angkot. “hai, kamu pulang naik angkot juga?” tanyaku ke Toni “oh ya, rumahku di jalan Merpati 6”,”wah wah... ternyata rumah kita dekat ya, aku di jalan merpati 8”,”lohh... yasudah kita naik angkot bareng aja..!”. Sepanjang perjalanan kita banyak membicarakan tentang sekolah dan teman-teman. Sesampainya di pangkalan angkot aku dan Toni segera naik ke angkot dan ternyata kalian tahu apa yang ku lihat?” ternyata di dalam angkot sudah ada Rani yang sedang kepanasan karena angkotnya lama tidak berangkat-berangkat. Aku pun memberinya senyuman dan dia pun membalas senyumanku itu. Seperti biasa hatiku selalu bergetar ketika dekat dengannya. Tak lama, angkot pun melaju meninggalkan pangkalan, di dalam angkot kita bertiga berbincang-bincang sangat asik, tak terasa lagi rumahku sudah dekat dan kita harus menghentikan pembicaraan dan segera turun dari angkot. Aku dan Toni turun dari angkot, tak lupa aku berkata pada Rani “aku duluan ya, daaah...”,”daahh.. juga Randy... hati-hati di jalan..”,”kamu juga hati-hati ya Rani...”. Beberapa meter lagi aku sampai di rumah, dan tak sabar untuk cerita ke mamah tentang sekolahku seharian ini. Akhirnya aku sampai di rumah lebih dulu daripada Toni, karena rumah Toni sedikit lebih jauh daripada rumahku. “aku duluan ya Toni...hati-hati..”,”oke Ran...siap...”. Sesampainya di rumah bau masakan mamah sudah tercium dari dapur, tanpa pikit panjang lagi setelah melepas sepatu, ganti baju, secepat kilat aku langsung berlari ke arah dapur untuk segera menyantap semua makanan yang ada. Ketika di meja makan mamah bertanya tentang sekolahku, dan aku menceritakan semua kejadian di sekolah tadi dengan penuh semangat, dan mamah pun sangat senang dengan ceritaku itu.
Keesokan harinya, seperti biasa jam beker alami dari mama yang membangunkanku. Hari ini ada pelajaran yang ku sukai dan aku akan semangat memperhatikan guru dalam menjelaskan materi. Ketika aku sampai di kelas, Rani terlihat kebingungan dan gelisah,”ada apa Rani?”tanyaku padanya “ini aku belum ngerjain PR matematika nih...”,”oh emang pr tentang materi apa?”,”ini materi deferensial, semalem aku kebingungan sekali”,”oh..deferensial, boleh aku melihatnya? Mungkin aku bisa sedikit membantu...”,”oh boleh sekali...ini soalnya”. Soal demi soal dapat terselesaikan dan aku pun mengajari Rani, agar dia bisa mengerti. Tak jarang terjadi canda tawa di saat mengerjakan, dan hal itu membuat hatiku merasa senang, tak terasa semua soal selesai pagi itu, Rani berterima kasih padaku karena mau mengejarinya dan membantunya mengerjakan pr. Oh Tuhan kata-katanya dan senyumannya itu selalu membuat ku merasa bahagia melihatnya. Tak lama pelajaran akan dimulai, kami semua bersiap-siap untuk menerima materi ajar.
Setelah semua pelajaran hari ini kami terima, kami semua bersiap-siap untuk pulang. Seperti biasa aku pulang dengan Toni dan ketika aku sedang siap-siap untuk pulang, Rani berkata kepadaku “terima kasih ya Randy, kalau ga ada kamu, mungkin aku tadi ikut di hukum gara-gara ga ngerjain pr nya, sudah ya aku duluan pulang...daaahh”,”oh iya sama-sama Rani...daaaahhh”. “yes...yes...yes...”aku teriak kencang,”ada apa Randy?”Toni bertanya,”oh ngga ada apa-apa ko, ayo pulang..”. Ketika kita berdua sedang berjalan, dari belakang terdengar suara yang memanggil “Randy....”, dan ternyata suara itu adalah Rani, tapi dia sedang di bonceng oleh seorang pria. Dengan seketika aku hanya terdiam melihatnya lewat di hadapanku. Oh mungkin dia pacarnya Rani, pantas saja tadi dia buru-buru pulang. Saat itu aku sangat lemas dan sedikit kecewa. Ketika di angkot pun aku tidak mendengar semua ocehan Toni. Aku pun sampai di rimah dengan perasaan yang tak karuan, dan segera menuju kamar untuk istirahat sambil teringat kejadian tadi.
Pagi hari berikutnya, semua aktivitas di rumah sama seperti biasanya, tapi aku merasa berbeda, dan masih terpikirkejadian kemarin. Sepertinya tak berniat untuk sekolah. Tapi ku kuatkan kakiku melangkah menuju sekolahku. Sesampainya di sekolah Rani dan Dini sahabatnya menghampiriku, dan Rani menyapaku “hai Randy....”,”hai....”jawabku dengan suara yang pelan. Dini bertanya pada Rani “ada apa ya si Randy? Dia tampak murung,”,”iya nih.. tidak biasanya dia seperti itu, biarlah nanti aku akan menanyakannya”. Dini dan Rani kembali kembali menghampiriku,”Randy, ada apa denganmu?”Rani bertanya,”gak ada apa-apa kok”,”gak mungkin ga ada apa-apa, kamu ko cuek sama kita”, Dini juga bertanya.”udah ah jangan mikirin aku, gak apa-apa kali..”. Sepanjang pelajaran aku berusaha untuk tidak meladeni Rani, tapi apa boleh buat aku tidak bisa. Sampai akhirnya aku menanyakan kejadian kemarin,  yang ku lihat”kemarin itu pacar kamu ya Rani?”,”yang mana?”,”yang kemarin bonceng kamu itu lohh...”,” oh, kak Sammy? Ya ampun..dia itu kakak aku kali...emmm..kamu cemburu ya, jadi ngediemin aku gini?”,”huh... geer deh kamu”. Dalam hatiku sedikit lega, tapi aku berusaha tidaj menunjukkannya. Untuk memastikan kebenarannya, aku akan menanyakan pada sahabat Rani yaitu Dini. “Dini... apa benar kak Sammy itu kakaknya Rani??”,”oh iya bener Ran, emang kenapa Ran?kamu pasti sangka kak Sammy pacarnya ya??hayoo... cemburu ya....”,”huhh...apaan sih kamu Din, udah ah aku ke kantin dulu ya Din...”. Perasaan ku semakin lega, ternyata semua perasaanku tentang Rani itu adalah salah.
Dua bulan sudah aku bersekolah di sini dan berteman dengan teman-temanku Dini dan Toni dan juga Rani. Tapi rasaku untuk Rani tidak pernah berubah dan pada hari ini aku akan mencoba mengungkapkannya. Aku mengirimkan pesan untuk Rani ketika bel berbunyi “aku tunggu di taman dekat sekolah”. Tak lama Rani pun datang menemuiku, tapi dia bersama Dini,”huhh..kenapa harus sama Dini juga sih..?”gumam ku dalam hati,”ada apa kamu mengajakku kesini Randy?”tanya Rani,”mau nemba kali tuh Ran...”sela Dini. “yaudah aku beli minuman dulu ya, silahkan nikmati berdua..haha”. Yes....akhirnya si Dini pergi juga, kalu gini kan jadi enak.”Rani...”,”iya Randy...”,”kita kan sudah temenan lama, sebenernya dari pertama aku kenalan dan lihat kamu, aku sudah nyimpen perasaan ke kamu, kamu itu perempuan yang baik, pintar, lengkap deh..dan aku suka semua itu Rani,.. jadi hari ini aku mau ungkapin semua perasaanku ke kamu, aku suka dan sayang sama kamu Rani, mau ga kamu jadi pacar aku?”,” ya ampun Randy, aku hargai semua pujian dan rasa sayang kamu ke aku, tapi maaf sekali, aku belum bisa nerima kamu jadi pacar aku, kita lebih cocok sahabatan aja, alasan lain juga, kita kan mau dekat ujian aku pengen kita fokus sama ujiannya biar kita bisa lulus dengan nilai yang terbaik, satu lagi yang mau aku jelasin kalu kita pacaran nanti, pasti bakal ada mantan pacar tapi kalu kita sahabatan ga bakal ada mantan sahabat, aku juga ga mau hal itu terjadi sama kita Randy... kamu ngerti kan??”,”emmm... iya deh aku ngerti, jadi kamu mau kita sahabatan aja?”,”iya Randy...sekali lagi maaf ya, tapi inget juga, rasa sayang itu simpen terus ya di hati kamu, biar kamu terus sayang sahabatmu ini...oke??”,”oke deh Rani...bener ya aku boleh simpen rasa sayang ini terus buat kamu, dan selamanya kita akan jadi sahabat?”,”iya Randy...kita bakal terus jadi sahabat”.
Semenjak kejadian itu, aku baru mengerti arti sebuah persahabatan, sahabat itu melebihi segalanya, sahabat itu akan mengulurkan tangannya ketika kita terjatuh, akan mengusap air mata kita, ketika kita menangis.
Akhirnya Aku, Rani, Dini, dan Toni akan terus menjadi sahabat, dan satu lagi... Rasa sayang ini masih terus ku simpan hingga saat ini untuk Rani.... indahnya masa-masa itu, masa dimana banyak cerita yang indah di dalamnya, saat kita memakai “Putih Abu-Abu”.
friendship